Logistik misi Pasukan Internasional Timor Timur

Sebuah pesawat pengangkut C-130 Hercules milik Angkatan Udara AS lepas landas dari Darwin untuk mendukung misi INTERFET di Timor Timur.

Logistik militer dalam misi International Force East Timor (INTERFET) di Timor Timur pada 1999 dan 2000 melibatkan pasukan dengan jumlah maksimal 11.693 orang yang berasal dari 23 negara. Pasukan internasional ini dipimpin oleh Australia yang juga menyumbangkan pasukan terbesar yaitu 5.697 orang dan memiliki peran terbesar dari sisi logistik militer. Misi ini adalah penempatan pasukan Australia terbesar di luar negeri sejak Perang Vietnam. Posisi pemimpin koalisi merupakan peran yang benar-benar baru untuk Australia, sedangkan bagian logistik dari angkatan bersenjata negara tersebut, Australian Defence Force (ADF), telah mengalami pemangkasan dana pada dasawarsa 1990-an. Awalnya, ADF tidak memperkirakan akan bertanggung jawab untuk misi sebesar ini, serta penempatan besar pasukannya di luar negeri, terutama sebagai pemimpin koalisi internasional.

INTERFET mulai bertugas di Timor Timur pada September 1999. Sebagian besar personel dan 90% kargo untuk misi ini diangkut melalui laut, mengandalkan sebuah regu tugas angkatan laut. Kapal katamaran cepat HMAS Jervis Bay dan kapal pendarat HMAS Tobruk milik Australia membawa berbagai perbekalan dan perlengkapan dari negara tersebut. Kapal lain yang terlibat adalah pengisi bahan bakar HMAS Success milik Australia, tanker HMNZS Endeavour milik Selandia Baru, dan tanker HMCS Protecteur milik Kanada. Sebelas negara melibatkan pesawatnya untuk sayap pengangkutan udara, INTERFET Coalition Airlift Wing (ICAW), yang total melakukan 3.400 misi penerbangan dan membawa 9.500 ton kargo dan 30.000 penumpang untuk mendukung misi INTERFET. Sebuah pangkalan logistik didirikan di Darwin, Australia Utara. Perbekalan, perlengkapan, dan kadang pasukan dikumpulkan dan dipersiapkan di kota tersebut sebelum dikirim ke Timor Timur lewat laut dan udara.

Keadaan geografis Timor Timur menjadi salah satu tantangan untuk logistik misi ini. Hanya ada satu pelabuhan dalam yaitu di ibu kota Dili, dan sisi dermaganya hanya memiliki kedalaman 7 meter. Tidak banyak pantai yang dapat digunakan untuk menurunkan barang tanpa pelabuhan (Logistics Over-the-Shore atau LOTS) dan hanya ada tiga lapangan terbang. Operasi militer INTERFET sendiri mengandalkan konsep "membanjiri" Timor Timur dengan pasukan sebanyak mungkin, sehingga awalnya pasukan didaratkan secara cepat dengan minim kendaraan dan dukungan logistik. Selama bulan Oktober dan November, satuan-satuan logistik sibuk untuk melengkapi logistik pasukan tersebut. Dengan dukungan logistik ini, misi INTERFET berjalan tanpa masalah logistik yang parah, walaupun terjadi kekurangan suku cadang, pasokan medis, serta fasilitas tempat tinggal.


From Wikipedia, the free encyclopedia · View on Wikipedia

Developed by Tubidy